Pages

Subscribe:

Sabtu, 17 September 2011

Ketika Saudara Tak Menganggap Saudara


Satu kenyataan pahit yang dialami oleh Ruyati seorang TKI di Arab Saudi. Pemerintah tersentak kaget, karena pemerintah mengetahui hal itu setelah sang TKI tewas dengan kepala terpisah dari badan alias dipenggal.

Sebuah video pemancungan Ruyati beredar di You-tube, dimana digambarkan seorang Ruyati berada ditengah-tengah orang banyak dan dipancung dengan sebuah pedang. Tampak sang pemancung memancung Ruyati dengan sekali tebasan saja. Darah sempat muncrat hingga mengenai kaki sang algojo.

Gambar ini diambil dari seseorang dari jarak jauh, namun sebuah televisi lokal Arab Saudi menegaskan bahwa itu memang Ruyati dan gambar Ruyati ditampilkan sebelum berita itu ditayangkan.

Sebuah kenyataan pahit, bagaimana seseorang yang mencari penghidupan di luar negeri hanya untuk sesuap nasi, malah meninggal dunia secara tragis di negeri seberang nan jauh disana.

Sebuah potret kehidupan yang sangat pilu, pilu bagi sang Ruyati karena mengalami pemancungan karena sampai sekarang tidak diketahui apakah benar Ruyati yang membunuh atau Ruyati terpaksa membunuh. Tidak ada pembelaan, tidak ada pembuktian yang transparan, tidak diketahui proses hukumnya, hingga Ruyati berakhir di ujung pedang

Hukum di Arab Saudi begitu tertutup, pemerintah Indonesia tidak sanggup untuk memasuki yurisdiksi negara ini, atau mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi di sana. Hukum di sana juga membedakan perlakuan antara penduduk pribumi dan penduduk asing yang bekerja disana.

Begitu bayak cerita pilu yang dialami oleh para TKI yang bekerja disana, mulai dari perkosaan, kekerasan fisik dan mental, dan gaji yang tidak dibayar. Sebuah fakta yang lebih miris lagi, disana masih dikenal dengan istilah budak belian (slave).

Sebuah tayangan di Metro-Tv menayangkan bagaimana seorang pangeran  mengubur budaknya di padang pasir hingga hanya nampak kepalanya saja, di video lain sang pangeran menembakti kaki sang pelayan untuk menakut-nakutinya.

Sebuah perlakuan yang tidak layak bagi sesama manusia yang seharusnya kita angkat harkat dan martabatnya sebagai seorang manusia yang sama derajatnya du mata Tuhan.

Tapi sebagian orang memandang mereka sebagai "saudara" saudara yang entah dari mana asalnya, secara ras, kita jauh berbeda, secara kebudayaan pun kita jauh berbeda. Banyak orang yang mendefenisikan sesuatu dengan pemikiran sempit mereka, mengharapkan orang lain mempunyai pemikiran yang sama dengan mereka.

Hal itu adalah sebuah pemahaman yang dangkal, dangkal karena mereka lupa bahwa setiap orang itu memiliki   pemikiran yang tentu saja berbeda. Kita menganggap bahwa bangsa lain itu saudara, padahal belum tentu mereka menganggap kita saudara.

Contohnya TKI kita di Arab Saudi, kebanyakan orang Arab Saudi menganggap TKI itu sebagai budak yang lebih rendah derajatnya, layak untuk diperkosa, atau diperlakukan dengan cara yang tidak manusiawi. Hukum mereka juga tidak menganggap kita sederajat dengan mereka. Kita sebagai orang asing di negara mereka, lantas mengapa kita begitu membabi buta menganggap mereka saudara?

Persaudaraan itu tidak ditentukan oleh geografis atau ideologi, apakah kita lupa kalau awal terbentuknya Amerika itu adalah para buangan dan perantauan dari Eropa. Kemudian Amerika besar, lalu Inggris dan negara-negara Eropa berupaya menjajah Amerika dengan memberikan pajak yang sangat tinggi?

Itulah awal dari terjadinya perang saudara antara Amerika dan Eropa yang akhirnya menjadikan Amerika sebagai negara merdeka. Jadi yang berperang adalah saudra melawan saudara. Hanya saja antara perantau dengan negara aslinya di Eropa.

Banyak orang begitu memahami ideologi dengan membabi buta, tanpa memahami sifat manusia sebenarnya, setiap orang mau baik, licik, jahat, ramah, ataupun kejam pastilah ada di setiap penjuru dunia. Tanpa memandang ras apapun dia, ideologinya apa, atau warna kulitnya.

Karena itulah sifat kemanusiaan, setiap manusia memiliki sifat itu, maka janganlah lagi kita menganggap sebuah  ideologi sebagai tolak ukur persaudaraan diantara kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar