Pelaku Perusakan Patung Wayang Butuh Eksistensi
JAKARTA - Tindakaan perusakan yang dilakukan sekelompok orang terhadap patung wayang di Purwakarta, merupakan bentuk eksistensi masyarakat ekonomi bawah.
Menurut Peneliti Kajian Budaya Universitas Indonesia (UI) Devi Rahmawati, tindakan perusakan gerakaan fundamental tersebut terjadi secara global akibat efek kapitalisme.
"Gerakan fundamentalisme salah satu ekses aglobalisasi dari kapitalisame. Gejala itu gejala dunia, tidak melekat hanya pada agama, ini penyakit sosial," kata Devi saat berbincang dengan okezone, Senin (19/9/2011).
Devi menambahkan, mereka adalah salah satu kelompok yang tidak dapat menikmati dampak dari kapitalisme. Apalagi tindakan mereka dimanafaatkan oleh kelompok yang memiliki jabatan demi ceruk ekonomi.
Para anggota kelompok biasanya mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Tetapi para pemimpin mereka biasanya memiliki jabatan yang mapan.
"Gerakan ini timbul beragam ciri, ada yang menggunakan simbol keagamaan. Mereka membuat agama sebagai ciri kelompok. Tapi gerakan mereka banyak orang yang mememanfaatkannya. Mereka yang memanfaatkan hanya utnuk kepentingan mencari ceruk ekonomi," tambahnya.
Sebelumnya, Minggu (18/9), aksi perobohan dan pembakaran empat dari sembilan patung yang terletak di sejumlah sudut Kota Purwakarta. Aksi ini dilakukan ribuan massa seusai menghadiri acara halal bihalal.
Dalam aksinya itu mereka merobohkan dan membakar patung Gatotkaca di pertigaan Comro, patung Semar di pertigaan Bunder, patung Bima di pertigaan Ciwareng, dan patung Selamat Datang di perempatan Jalan Martadinata.