Terorisme dan Bom Buat Masyarakat Saling Curiga
JAKARTA - Pemberitaan tentang maraknya teror bom dapat membuat trauma sosial di masyarakat. Apalagi warga di Nglipar, Gunung Kidul, Yogyakarta, mencurigai seseorang habib yang ditangkap karena diduga sebagai teroris.
Pengamat Psikologi Sosial Universitas Airlangga Achmad Chusairi menilai trauma sosial tersebut disebabkan kejadian yang berkaitan dengan terorisme dan bom bahkan itu terkesan rutin terjadi tiap tahun.
"Memang kalau teroris ini kan sudah lama, di kita kan rutin, tiap tahun kejadian itu ada dan memang bisa memberikan trauma sosial untuk beberapa tempat," katanya saat dihubungi Okezone, Rabu (28/9/2011).
Ditambahkan Achmad, teror bom membuat ketakutan yang berlebih dan berdampak pada phobia di masyarakat itu sendiri. Karena itu, tambahnya, wajar ketakutan-ketakutan seperti ini akan muncul. Ditambah dengan tak kunjung usainya para gembong teroris yang terus dibasmi namun tak kunjung habis.
"Kalau sudah seperti itu biasanya masyarakat jadi cenderung mencurigai orang-orang lain, apalagi pendatang. Itu ketakutan yang berlebihan dan sudah bisa dikatakanan phobia," terangnya. kita semua, masyarakat menyimpulkan bahwa masalah ini tidak pernah tuntas, walau gembong teroris terus ditangkap tapi enggak pernah selesai, kalau begitu kan jadi menyimpulkan bahwa teroris itu tak akan habis," jelasnya.
Lanjutnya, ditambah lagi bahwa pola terorisme yang ada sekarang ini sulit diterka bahkan hingga masuk ke perkotaan dan pedesaan.
"Itu karena pola teroris sekarang kan beda dan berubah-ubah, kalau kemarin-kemarin di daerah konflik, sekarang menyasar di tengah kota atau desa. Ini yang lebih membuat kita terancam," tegasnya.