SURABAYA - Mawar (bukan nama sebenarnya), bocah perempuan yang baru lulus SD, terlanjur ditahan di Lapas Medaeng, Surabaya, Jawa Timur. Mawar sudah tiga bulan ditahan sambil menjalani proses pengadilan dalam kasus dugaan perdagangan manusia. Ironisnya, Mawar ditahan di lapas untuk orang dewasa.
Sejak tiga bulan Mawar tidak bisa melanjutkan sekolah. Selain itu Mawar juga mengalami depresi berat.
"Sekuat apapun kita melakukan penangguhan, ternyata permintaan kami ditolak. Padahal saya sudah menjaminkan diri," kata Robert Panggabean, pengacara Mawar.
Baru pada sidang keempat yang digelar Senin sore kemarin, Bambang Kusnandar, hakim tunggal yang menyidangkan kasus ini akhirnya menyetujui untuk memberikan penangguhan penahanan. Mawar pun dapat kembali berkumpul dengan pamannya.
"Hakim mengabulkan permintaan penangguhan penahanan dengan pertimbangan agar Mawar bisa melanjutkan sekolah SMP-nya yang sempat terputus gara-gara kasus ini," kata Robert.
Mawar ditangkap polisi pada 21 Juli lalu saat berada di pos satpam di sebuah penginapan Palem Home Stay. Berdasarkan penyelidikan polisi, Mawar ditangkap karena sedang menunggu temannya, sebut saja Melati, yang sedang diajak kencan oleh pria hidung belang.
Jaksa penuntut umum Ika Maulidhina menjelaskan, sesuai dengan keterangan di persidangan, saksi menyatakan bahwa Mawar meminta Melati untuk melayani pria hidung belang. Selain itu Mawar yang menentukan tarif untuk sekali kencan. Sehingga Mawar bisa dijerat dengan UU Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Namun, menurut Robert, dakwaan jaksa itu tidak masuk akal. Pasalnya pada saat kejadian, Mawar hanya menemani Melati yang sedang melayani pria hidung belang. Robert menyangsikan seorang anak sekecil bisa bertindak layaknya germo.
"Mawar itu usianya baru 12 tahun. Sedangkan yang dianggap polisi sebagai korban adalah Melati yang usianya sudah 16 tahun. Bagaimana mungkin anak sekecil itu bisa menjual perempuan yang lebih dewasa," ujar Robert.
Robert mengaku ada kejanggalan dalam kasus ini. Menurut versi polisi, pria bekencan dengan Melati, berinisial B, merupakan buronan polisi. Namun versi Mawar dan Melati, mereka berdua melihat B sama-sama ditangkap oleh polisi.
"Ini kan aneh. Mereka mengaku melihat B ditangkap polisi, namun versi polisi B saat ini masih menjadi buronan," ujar Robert.
Kisah Mawar merupakan potret kelam anak-anak yang kurang mendapat perhatian orangtua.
Mawar dan Melati merupakan teman sepermainan. Mereka berdua berkenalan sekira dua bulan lalu. Saat itu Mawar sudah pernah tinggal di kos.
Namun dia diusir dari tempat kos, kemudian kos di rumah Melati. Sedangkan Melati sendiri sudah ditinggal orangtuanya. Ibu Melati meninggal pada 2009 sedangkan ayahnya menikah lagi dan tidak mau mengurus Melati.