Pages

Subscribe:

Sabtu, 17 September 2011

Gerombolan itu bernama Arogan


Suatu ketika di bulan November aku seperti biasanya kira-kira pukul 02.30 wib. melaju dengan kencangnya mengendarai sebuah Mitsubishi colt L300  dengan membawa beberapa ton sayur kol dan sawi untuk mengejar pasar subuh. Itulah kegiatan rutinku, menjual sayur-mayur untuk di pasar.

Lalu aku terkejut mendengar bunyi sirene yang memekakkan telingaku, ternyata di depanku terdapat sekitar 8 buah mobil yang sepertinya terburu-buru mengejar sesuatu dan tampak banyak orang di dalamnya dalam keadaan kelelahan yang sangat akibat perjalanan jauh.

Tampaknya mereka dalam keadaan lelah dan kesal. tapi aku tidak tau apa penyebabnya. Aku melaju dengan kecepatan yang rendah, karena sedikit ragu, apakah boleh mendahului mereka. Ragu terus menyelimutiku, mau mendahului atau tetap di belakang mereka.

Lalu terbersit dalam pikiranku bagaimana cara mendahului mereka, karena mereka itu rombongan jadi kecepatannya kira-kira hanya 60 km/jam saja. Kalau aku sampai di pasar lebih dari jam 4 subuh, kapan lagi aku membongkar muatan sayurku ini dan mungkin langgananku akan membeli sayur dari sainganku, aku akan rugi banyak. Apalagi sayur ini kalau tidak cepat laku maka akan cepat busuk dan aku akan rugi banyak.

Ku mulai bosan mengikuti konvoi ini jadi daripada rugi aku gas saja pedal mobilku, kuhilangkan rasa takutku, mungkin mereka akan mengerti kalau aku ingin cepat. Ketika aku memotong mobil pertama yang berisi sekitar 40 orang dalam truk itu mata mereka mulai melotot padaku, menunjukkan tongkat kearahku dan aku semakin takut saja.
Namun aku tenangkan diriku, terserah kalau mereka mau marah, kan aku hanya mendahului, aku hanya mencari makan dengan berkelahi melawan waktu. 

Sopir truk yang ada dibelakangku mulai membunyikan klakson berkali-kali, mengisyaratkan agar aku berada dibelakang mereka, aku semakin takut mendengarnya lalu kupotong mobil truk kedua hal yang sama aku alami, hampir semua orang dalam truk itu mengacungkan jarinya kearahku aku semakin takut. Tapi kepalang basah aku tetap saja menambah kecepatanku.

Hingga akhirnya aku terjebak ditengah tengah konvoi dan aku tidak bisa lagi memotong mobil didepanku karena telah dikode oleh mobil belakang agar tidak diberi jalan. Sementara puluhan orang didalam mobil telah berteriak-teriak marah, menyuruh aku agar minggir. Aku begitu takut bagaiamana cara menghadapi orang sebanyak ini sementara aku hanya berdua dengan adikku yang hanya seorang remaja.

Aku menjadi sangat takut, gemetar dan gugup, aku tetap melajukan mobil pick-up ku untuk mencari tempat yang agak terang untuk berhenti, paling tidak menghindari amukan segerombolan orang yang bermuka beringas yang memojokkanku ditengah-tengah mereka.

Untung saja ada pom bensin yang sudah tutup, dan aku menepikan mobilku ke dalam pom bensin itu, aku mengira mereka tidak akan berhenti, namun dugaanku salah, mereka berhenti, lalu sekitar 20 orang datang menghampiriku dan menghantam mukaku dengan tangannya. 

Beberapa yang lain membuka pintu dan aku langsung ditendangnya hingga tergeser ke kiri mengenai tubuh adikku, dan adikku juga tidak luput dari bogem mentah mereka. "ampun pak!" "ampun pak" kataku, namun mereka masih saja bergantian memukuliku.

Seorang dari mereka membawa senjata laras panjang dan menghunjamkan gagangnya ke lampu depan mobilku, terdengar suara pecah didepanku, sementara aku terus menutupi kepala dan wajahku agar bogeman mereka tidak tepat mengenai wajahku. seorang lagi menghantamkan senjatanya ke kaca mobilku sebanyak dua kali namun untung saja kaca itu tidak pecah.

Aku berdoa kepada Tuhan semoga aku selamat dalam peristiwa ini, untung saja,  mereka segera selesai menghajarku, mereka dipanggil kawannya disuruh agar segera masuk ke truk karena mereka sepertinya sangat terburu-buru.

Setelah mereka pergi aku menangis memeluk adikku, menangis karena takut dan gemetar setelah mengalami peristiwa tadi, terimakasih ya Tuhan Dikau menyelamatkan aku. Kaca mobilku pecah-pecah, bagaiamana aku bisa pulang, sementara perjalanan kami masih jauh......?

Sejak saat itu aku tidak mau lagi mendahului mobil yang membunyikan sirine, aku trauma berat, sepertinya bunyi sirene bukan saja milik mobil pembawa mayat, tapi juga mobil berisi setan, setan yang begitu kejam yang tidak mau berbagi jalan dengan pengguna lain.....

(cerita fiksi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar