Suatu
ketika di bulan November aku seperti biasanya kira-kira pukul 02.30
wib. melaju dengan kencangnya mengendarai sebuah Mitsubishi colt L300 dengan membawa beberapa ton sayur kol dan sawi
untuk mengejar pasar subuh. Itulah kegiatan rutinku, menjual sayur-mayur
untuk di pasar.
Lalu
aku terkejut mendengar bunyi sirene yang memekakkan telingaku, ternyata
di depanku terdapat sekitar 8 buah mobil yang sepertinya terburu-buru
mengejar sesuatu dan tampak banyak orang di dalamnya dalam keadaan
kelelahan yang sangat akibat perjalanan jauh.
Tampaknya
mereka dalam keadaan lelah dan kesal. tapi aku tidak tau apa
penyebabnya. Aku melaju dengan kecepatan yang rendah, karena sedikit
ragu, apakah boleh mendahului mereka. Ragu terus menyelimutiku, mau
mendahului atau tetap di belakang mereka.
Lalu
terbersit dalam pikiranku bagaimana cara mendahului mereka, karena
mereka itu rombongan jadi kecepatannya kira-kira hanya 60 km/jam saja.
Kalau aku sampai di pasar lebih dari jam 4 subuh, kapan lagi aku
membongkar muatan sayurku ini dan mungkin langgananku akan membeli sayur
dari sainganku, aku akan rugi banyak. Apalagi sayur ini kalau tidak
cepat laku maka akan cepat busuk dan aku akan rugi banyak.
Ku
mulai bosan mengikuti konvoi ini jadi daripada rugi aku gas saja pedal
mobilku, kuhilangkan rasa takutku, mungkin mereka akan mengerti kalau
aku ingin cepat. Ketika aku memotong mobil pertama yang berisi sekitar
40 orang dalam truk itu mata mereka mulai melotot padaku, menunjukkan
tongkat kearahku dan aku semakin takut saja.
Namun
aku tenangkan diriku, terserah kalau mereka mau marah, kan aku hanya
mendahului, aku hanya mencari makan dengan berkelahi melawan waktu.
Sopir
truk yang ada dibelakangku mulai membunyikan klakson berkali-kali,
mengisyaratkan agar aku berada dibelakang mereka, aku semakin takut
mendengarnya lalu kupotong mobil truk kedua hal yang sama aku alami,
hampir semua orang dalam truk itu mengacungkan jarinya kearahku aku
semakin takut. Tapi kepalang basah aku tetap saja menambah kecepatanku.
Hingga
akhirnya aku terjebak ditengah tengah konvoi dan aku tidak bisa lagi
memotong mobil didepanku karena telah dikode oleh mobil belakang agar
tidak diberi jalan. Sementara puluhan orang didalam mobil telah
berteriak-teriak marah, menyuruh aku agar minggir. Aku begitu takut
bagaiamana cara menghadapi orang sebanyak ini sementara aku hanya berdua
dengan adikku yang hanya seorang remaja.
Aku
menjadi sangat takut, gemetar dan gugup, aku tetap melajukan mobil
pick-up ku untuk mencari tempat yang agak terang untuk berhenti, paling
tidak menghindari amukan segerombolan orang yang bermuka beringas yang
memojokkanku ditengah-tengah mereka.
Untung
saja ada pom bensin yang sudah tutup, dan aku menepikan mobilku ke
dalam pom bensin itu, aku mengira mereka tidak akan berhenti, namun
dugaanku salah, mereka berhenti, lalu sekitar 20 orang datang
menghampiriku dan menghantam mukaku dengan tangannya.
Beberapa
yang lain membuka pintu dan aku langsung ditendangnya hingga tergeser
ke kiri mengenai tubuh adikku, dan adikku juga tidak luput dari bogem
mentah mereka. "ampun pak!" "ampun pak" kataku, namun mereka masih saja
bergantian memukuliku.
Seorang
dari mereka membawa senjata laras panjang dan menghunjamkan gagangnya
ke lampu depan mobilku, terdengar suara pecah didepanku, sementara aku
terus menutupi kepala dan wajahku agar bogeman mereka tidak tepat
mengenai wajahku. seorang lagi menghantamkan senjatanya ke kaca mobilku
sebanyak dua kali namun untung saja kaca itu tidak pecah.
Aku
berdoa kepada Tuhan semoga aku selamat dalam peristiwa ini, untung
saja, mereka segera selesai menghajarku, mereka dipanggil kawannya
disuruh agar segera masuk ke truk karena mereka sepertinya sangat
terburu-buru.
Setelah
mereka pergi aku menangis memeluk adikku, menangis karena takut dan
gemetar setelah mengalami peristiwa tadi, terimakasih ya Tuhan Dikau
menyelamatkan aku. Kaca mobilku pecah-pecah, bagaiamana aku bisa pulang,
sementara perjalanan kami masih jauh......?
Sejak
saat itu aku tidak mau lagi mendahului mobil yang membunyikan sirine,
aku trauma berat, sepertinya bunyi sirene bukan saja milik mobil pembawa mayat, tapi juga mobil berisi setan, setan yang begitu kejam yang tidak mau berbagi jalan dengan pengguna lain.....
(cerita fiksi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar